BUDIDAYA IKAN GURAME
KELOMPOK BUDIDAYA IKAN
“SANGKURIANG”
Wilayah Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jawa Barat
BUDIDAYA
PENDEDERAN DAN PEMBESARAN IKAN GURAMI
PENDAHULUAN
Ikan
gurami (Oshpronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan asli Indonesia
dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu
komoditi perikanan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari
permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif tinggi dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes, dan
merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi. Bagi masyarakat umum,
ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan
pada acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan
apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor perikanan
air tawar.
Umumnya
budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi semi
intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa
tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap
pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat di
pasarkan secara tersendiri.
Pasar
ikan gurami mengandalkan pada permintaan domestik. Namun demikian prospek
bisnisnya cukup menjanjikan mengingat permintaan dari masyarakat yang cukup
besar. Ikan gurami lebih digemari dijual dalam keadaan hidup atau segar, dan
biasanya harganya juga lebih tinggi dalam keadaan hidup. Sementara itu, belum
diperoleh informasi mengenai diversifikasi produk olahan dari ikan ini kecuali
dalam bentuk fillet.
PROFIL
USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
PROFIL
USAHA
Usaha
pembenihan dan pendederan ikan di Kota
banjar telah berkembang sejak lama dan dilakukan oleh masyarakat setempat
secara turun menurun sehingga umumnya sudah menguasai keterampilan dan
pengetahuan budidayanya. Alasan lain yang membuat masyarakat setempat
memelihara ikan gurami adalah karena mudah dipelihara dan dipasarkan, harga cukup
tinggi, serta penggunaan lahan untuk budidaya ikan menghasilkan nilai ekonomi
yang lebih tinggi terutama bila dibandingkan dengan menanam padi. Dari segi
kondisi lingkungan, berkembangnya usaha budidaya ikan gurami ini juga didukung
oleh tersedianya kuantitas dan kualitas air yang mencukupi dan pemenuhan
aspek-aspek teknis yang sesuai untuk pengembangan usaha pembenihan dan
pendederan ikan gurami.
Pembinaan
terhadap pembudidaya ikan dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan
(Disnakan), dimana Disnakan mempunyai Balai Benih Ikan (BBI) sebagai unit
pelaksana teknis yang tersebar di beberapa tempat. Adapun fasilitas yang
diberikan oleh Disnakan kepada para pembudidaya ikan adalah berupa :
- Penyuluhan
mengenai teknis dan administasi usaha yang dilaksanakan pada pertemuan
rutin kelompok tani
- Penyediaan
benih unggul ikan gurami, yang disediakan oleh BBI dan petani UPR (Unit
Pembenihan Rakyat)
- Pelatihan
mengenai teknis budidaya ikan gurami.
Sebagian
besar pembudidayaan ikan (80%) masih menggunakan teknologi semi intensif dan
tradisional, dan hanya sekitar 20% saja yang menggunakan teknologi intensif.
Penggunaan teknologi ini erat kaitannya dengan terbatasnya dana/modal yang
dimiliki oleh pembudidaya. Pakan ikan yang digunakan di Kota banjaradalah pakan organik berupa
daun-daunan (umumnya) menggunakan daun sente sedang untuk antibiotik digunakan
daun lembesan. Penggunaan daun-daunan sebagai makanan dan antibiotik di
percayai membuat mutu ikan produksi daerah Banjar dikenal lebih baik
dibandingkan dengan daerah produsen lainnya yang menggunakan pakan palet, hal
tersebut tercermin dari rasa daging yang lebih enak, ketahanan ikan terhadap
penyakit dan tidak berbau lumpur. Kualitas ikan ini didukung oleh kualitas air
yang sesuai untuk penggunaan daun-daunan saja untuk pakan diakui mengakibatkan
pertumbuhan benih ikan sampai ukuran konsumsi lebih lambat dibandingkan
penggunaan pelet. Untuk mengatasi hal ini di beberapa petani, telah pula
menggunakan pakan kombinasi antara daun-daunan dan pelet. Penggunaan pakan kombinasi
antara pelet dan daun-daunan juga dilaksanakan dalam budidaya pembesaran ikan
gurami di Banjar.
Usaha
budidaya umumnya dilaksanakan oleh pembudidaya ikan sendiri dengan
memperkerjakan beberapa tenaga harian, tergantung luas lahan budidaya. Penggunaan
tenaga tetap akan tergantung pada kondisi usaha pada saat itu. Apabila kondisi
usaha sedang baik yang dilihat dari harga ikan, maka akan menggunakan tenaga
tetap sedangkan jika kondisi usaha sedang menurun maka tenaga tetap tidak
digunakan. Kualifikasi tenaga kerja umumnya dapat terbagai atas 2 jenis yaitu
tenaga kerja kasar misalnya untuk pemeliharaan kolam, dan tenaga yang lebih
terampil untuk pemeliharaan dan pemanenan ikan.
Pemasaran
dilakukan sendiri-sendiri oleh para pembudidaya dan umumnya masing-masing telah
mempunyai pelanggan. Daerah pemasaran meliputi wilayah lokal dan sekitarnya.
Profesi
ganda pembudidaya sebagai pedagang ikan menurut pengalaman bank juga dapat
mempengaruhi kelancaran kredit, karena pada saat harga ikan gurami mengalami
penurunan debitur tetap dapat memperoleh penghasilan dari usaha jual beli ikan
gurami maupun campuran. Bimbingan teknis dari dinas terkait tidak
dipersyaratkan oleh bank dalam perjanjian kreditnya namun hal ini berlangsung
secara informal. Apabila terdapat masalah pada teknis budidaya, bank akan
menjembatani permasalahan tersebut kepada dinas terkait untuk penangannya.
Permasalahan yang biasanya dihadapi pembudidaya adalah penyakit pada ikan yang
dapat menyebabkan tingginya kematian ikan dan selanjutnya mengakibatkan debitur
mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran.
Analisis
kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip 5C dengan menekankan pada aspek
karakter calon debitur. Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya
didasarkan pada aspek jaminan. Di samping itu prospek pemasaran dan sistem
pembayaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek
pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha
tersebut.
ASPEK PEMASARAN
PRODUKSI
DAN PERMINTAAN BENIH IKAN GURAMI
Ikan
gurami merupakan produk yang berbasis pada permintaan pasar domestik, dan belum
merupakan produk ekspor. Namun demikian berdasarkan pengalaman petani ikan
gurami, permintaan domestik terhadap ikan gurami cukup tinggi.
a.
Produksi
Benih ikan
gurami diproduksi oleh Balai Benih atau petani pembenih.
b.
Permintaan
Tidak
diperoleh data mengenai jumlah permintaan benih ikan gurami. Namun berdasarkan
data yang ada diketahui jumlah benih ikan gurami yang ditebar pada tahun 2007
sebesar 54.000 ekor
PRODUKSI
DAN PERMINTAAN IKAN GURAMI KONSUMSI
Produksi
ikan gurami di Indonesia
dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan berturut-turut dari 9.004 ton,
9.327 ton dan 13.339 ton masing-masing untuk tahun 1998,1999 dan 2000. Produksi
ikan gurami terbesar ada di Pulau Jawa, dengan proporsi produksi lebih dari 70%
dari produksi nasional. Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun
2000
b.
Permintaan ikan gurami
Sama
halnya dengan benih ikan gurami, tidak ditemukan data mengenai jumlah permintaan
terhadap ikan gurami konsumsi. Namun bagi pembudidaya ikan di Banjar,
permintaan ikan gurami konsumsi dikatakan cukup tinggi. Beberapa sumber
mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan ikan gurami di Jakarta dan Jawa Barat di perlukan sekitar 12
ton/minggu dan belum dapat dipenuhi seluruhnya.
ASPEK
PEMASARAN
PERSAINGAN
DAN PELUANG PASAR
Dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya, ikan gurami dapat dianggap memiliki keunggulan
baik dari segi harga maupun permintaan konsumen sehingga dari segi persaingan
dirasakan tidak ada masalah. Sementara itu permintaan yang cukup besar belum
dapat dipenuhi dari produksi ikan gurami yang ada. Hal ini disebabkan oleh
belum intensifnya teknologi budidaya ikan gurami. Dengan demikian, walaupun
hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, peluang pasar masih terbuka.
JALUR
PEMASARAN
Terdapat
berbagai pihak yang terlibat dalam pemasaran ikan gurami mulai dari pembudidaya
gurami (baik pembenih maupun pembesar), pengepul, banda, pedagang besar,
pengecer dan konsumen. Pengepul adalah pedagang yang mengumpulkan atau membeli
ikan gurami dari petani sedang bandar adalah pedagang pengumpul dengan modal
dan skala usaha lebih besar dari pada pengepul. Selain dapat membeli gurami
langsung dari petani, bandar juga dapat mengumpulkan gurami dari pengepul.
Pedagang besar juga merupakan pedagang pengumpul, namun bergerak di sektor
bisnis yang lebih luas, berbadan hukum dan telah terorganisir seperti pasar
swalayan, supermarket dan supermarket grosir. Pengecer adalah pedagang lapak,
pemilik kios, tukang sayur, hotel, restoran, katering, supermarket dan
supermarket grosir. Konsumen adalah konsumen akhir yang membeli gurami untuk
dikonsumsi dan tidak dijual lagi (Tim Lentera, Cermat dan Tepat Memasarkan
Gurami, 2003).
Pemasaran
benih ikan dan ikan gurami konsumsi dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Pada jalur pemasaran benih, pemasaran secara langsung dilakukan oleh
petani pembenih kepada petani pembesar ikan, sedangkan pada jalur pemasaran
ikan gurami konsumsi dilakukan oleh petani pembesar kepada konsumen akhir
(misalnya konsumen rumah tangga di pasar). Pemasaran tidak langsung dilakukan
melalui lembaga perantara (pengepul, bandar, pedagang besar dan pengecer). Pola
distribusi secara tidak langsung bervariasi dapat menggunakan satu sampai empat
lembaga perantara. Sehingga, karena pada setiap cabang pemasaran pelaku
mengambil keuntungan, maka dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran
mengakibatkan harga ikan gurami yang diterima konsumen akhir menjadi semakin
tinggi.
a.
Pemasaran benih
Benih
yang dihasilkan oleh pendeder dapat langsung di jual kepada pembesar ikan yang
menjadi langganannya secara langsung atau melalui pedagang parantara. Penjualan
benih biasanya disertai jaminan terhadap resiko kematian selama beberapa waktu
tertentu (biasanya 1 sampai dengan 2 minggu), tergantung kesepakatan antara
pembeli dengan penjual. Transaksi penjualan benih dapat dilakukan di pasar ikan
atau di kolam ikan. Biasanya permintaan benih meningkat setelah hari raya yaitu
untuk memenuhi kebutuhan benih yang akan dibesarkan setelah ikan gurami ukuran
konsumsi habis di panen untuk hari raya.
Adapun
jalur pemasaran benih ikan gurami oleh pembudidaya di Banjar Utara adalah
sebagai berikut : pendeder menjual berupa telur kepada pembudidaya di Jawa
Timur sedangkan benih ikan di jual kepada produsen ikan gurami konsumsi di Banjar
Selatan yang merupakan wilayah usaha pembesaran. Disana ikan gurami mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan di Banjar Utara yang merupakan
wilayah usaha. Setelah mencapai ukuran konsumsi, ikan gurami konsumsi (GK)
dijual kembali kepada pendeder yang sekaligus berusaha sebagai penjual ikan.
Biasanya ikan gurami konsumsi akan dikarantina dan diberokan dulu di kolam
pemberokan sebelum di jual kepada pengecer di Jawa Barat. Pola jual beli ikan
seperti ini tidak berdasarkan pada suatu perjanjian tertulis, namun dapat
menjamin pasokan pedagang karena pedagang ikan biasanya telah mempunyai
pelanggap tetap.
b.
Pemasaran gurami konsumsi
Ikan
gurami konsumsi di jual dari pembudidaya kepada pedagang pengumpul untuk
selanjutnya di jual kepada pengecer yang diteruskan kepada konsumen akhir.
Namun demikian ada kalanya pembudidaya ikan langsung menjual kepada konsumen
akhir. Biasanya penjualan ikan gurami konsumsi meningkat pada saat perayaan
hari-hari besar.
Waktu
penjualan ikan gurami ditentukan oleh kebutuhan pembudidaya terhadap uang dan
atau permintaan pasar. Apabila petani membutuhkan uang maka dia akan menjual
ikannya walaupun belum mencapai ukuran konsumsi. Demikian juga halnya apabila
ada permintaan pasar untuk ikan ukuran tertentu akan dijual sepanjang tercapai
kesepakatan harga. Hal ini sangat dimungkinkan terutama pada usaha pendederan
karena ikan gurami dapat dijual pada berbagai ukuran. Sehingga pembudidaya
tidak selalu memelihara benih ikan dengan ukuran yang sama setiap periode
pemeliharaan tergantung pada kebutuhan keuangannya dan permintaan pasar.
HARGA
Harga
ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Harga
ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh produksi di
daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya perpindahan
produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini, produksi ikan
yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan gurami di daerah
konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi penurunan harga.
Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat pembudidaya adalah Rp 20.000
sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai Rp 25.000. Pada saat terjadi
penurunan harga ikan, harga di tingkat pembudidayaan turun menjadi Rp 18.000
per kg sedangkan di tingkat konsumen turun menjadi Rp 21.000 per kg.
KENDALA
PEMASARAN
Penetapan
waktu menjual yang ditentukan oleh kebutuhan keuangan petani dapat mengakibatkan
kondisi yang kurang menguntungkan bagi pembudidaya karena kebutuhan yang
mendesak akan memperlemah posisi tawar mereka sehingga dapat mengakibatkan
penjualan ikan dengan tingkat harga yang lebih rendah. Apalagi apabila
pemasaran ikan dilakukan secara sendiri-sendiri. Sebagai alternatif untuk
meningkatkan posisi tawar pembudidaya, pembudidaya hendaknya bergabung pada
satu wadah kelompok tani atau koperasi yang berfungsi sebagai lembaga pemasaran
sehingga penetapan harga akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Wadah
tersebut nantinya dapat bermitra dengan perantara pemasaran. Walaupun di
beberapa tempat ditemukan adanya wadah tersebut, namun belum berfungsi sebagai
lembaga pemasaran produk secara kolektif.
ASPEK
PRODUKSI
KLASIFIKASI,
JENIS DAN CIRI-CIRI
Secara
umum, pola budidaya perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia ,
dapat digolongkan atas 3 pola, yaitu :
- Pola budidaya
tunggal (monoculture), dimana dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis
ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya
campuran (polyculture), dimana dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan
utama dipelihara bersama-sama dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis
lain yang dipelihara bukan pemangsa ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya
diversifikasi, dimana dalam satu unit lahan usaha terdapat beberapa
subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan yang dipelihara, baik pola
tunggal maupun campuran bersama dengan usaha budidaya komoditi pertanian
lainnya
Adapun
asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah
pola budidaya tunggal. Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di
panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami
konsumsi.
Ikan
gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga
Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang
sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang
tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan,
dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung
adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau
keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi
sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras
menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah
sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
Strain
gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain
dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh
dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada
penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa
yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris , baster dan batu.
Ikan
gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai
kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan
gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Tabel
4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi
dempak (papak)
|
Dahi
menonjol
|
Dasar
sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar sirip dada terang keputihan
|
Dagu
keputihan sedikit coklat
|
Dagu
kuning
|
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor
bergerak-gerak
|
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
|
Bentuk
bibir tipis
|
Bentuk
bibir tebal
|
Untuk
menjamin kualitas ikan konsumsi yang baik, perlu penyediaan induk unggul karena
dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul pula. Induk unggul dan benih
dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Di Banjar,
induk unggul oleh BBI setempat digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu
unggulan 1, unggulan 2, unggulan 3 dan unggulan 4 yang dibedakan berdasarkan
pada frekuensi memijah dan banyaknya telur yang dihasilkan. Penyediaan induk
unggul oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya
yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk memperbaiki
mutu induk yang dihasilkan dilakukan perbaikan genetik induk dengan cara
perkawinan silang (cross breeding) untuk menjamin pertumbuhan dan daya tahan
yang tinggi terhadap penyakit, dan tidak diperkenankan perkawinan satu turunan
(in breeding). Memilih induk yang baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri
sebagai berikut :
Tabel
4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Betina
|
Jantan
|
Warna
badan terang
|
Warna
badan gelap
|
Perut
membulat
|
Perut
dekat anus lancip
|
Susunan
sisik teratur
|
Susunan
sisik teratur
|
Badan
relatif panjang
|
Gerakannya
lincah
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
TAHAPAN
BUDIDAYA
Budidaya
ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan berikut
- Tahap
pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan
larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi
larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap
pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai
menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5
tahap sebagai berikut :
- Pendederan
1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama
1 bulan
- Pendederan
2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1
bulan
- Pendederan
3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram
selama 2 bulan
- Pendederan
4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram
selama 2 bulan
- Pendederan
5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250
gram selama 3 bulan.
- Tahap
pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran
konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain
tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan
pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram.
Alasan
membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
- Membudidayakan
ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama
sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
- Permintaan
produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran
konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan
modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam
satu siklus penuh
Dengan
demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
- Mempersingkat
masa panen
- Menghasilkan
pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
- Menurunkan
resiko kegagalan panen
Adanya
tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang
cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu
dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan gurami, sebagaimana
digambarkan pada Skema 4.1.
TEKNIS
BUDIDAYA
Budidaya
ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak
penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam
pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan
budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan
pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air,
pintu pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan
kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam
siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan
pembesaran ikan gurami.
(1)
Persiapan kolam
Tahap
persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran prinsipnya
hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan
serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan
pada setiap tahap sama.
a.
Pembuatan kolam
Bentuk
pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan
sebaiknya tidak lebih dari 45°C. Untuk membuat kolam dilakukan
pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan "keduk teplok", yaitu
memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya,
sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah
kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul sehingga merupakan kolam kecil
di dalam kolam (Lihat skema 4.2.). Kowean berfungsi untuk melepaskan benih
berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen.
Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi
sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan
untuk menggiring benih ke kowean saat panen
Skema
4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada
saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah
dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk
kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah
kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan
alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan
dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti
Fitoplankton, Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
larva dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan
selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan
alami bagi benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan
benih ikan selama 11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya
ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari
makan benih ikan gurami.
(2).
Pembenihan
a.
Tahan pemijahan
1).
Pemeliharaan induk
Induk-induk
disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam
kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar
75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5%
dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan
dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian
pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena
dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan
sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina 2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat
dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia produktif (5 tahun) . Induk gurami
dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena jika lebih dari 10 kali
memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi larva), rendah
dan mortalitas telur dan benih yang dihasilkan meningkat.
2).
Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah
proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur)
di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak
kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih
20 m2 per pasang induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina.
Untuk mengetahui apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri
sebagai berikut :
Induk
betina
-
Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka
- Sisik -sisik agak terbuka
Induk
jantan
-
Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif
- Tingkahnya sangat agresif
Induk
jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan.
Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog,
anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu
yang dipasang di bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan
bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10x10 cm di pasang
di atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau
serat karung. Satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang
berlangsung selama 1 minggu.
Pemijahan
berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina
melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga
terjadi pembuahan. Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk
jantan dengan mulutnya kemudian di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung
2-3 hari dan sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang.
Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk
menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina
menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Satu ekor betina dapat
menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir telur.
Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di
atas sarang terlihat berminyak.
b.
Penetasan telur
Telur
dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan
dari sarangnya dan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak yang
menempel pada telur kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah disiapkan. Telur
dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan
telur dapat dilakukan di bak plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai
1.000 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning
telur yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10
hari), larva baru diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya
dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan
larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah pada
sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu
menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10
ekor/m2 dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
(3).
Pendederan
a.
Penebaran benih
Sebelum
benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan
benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas produksi ikan yang
dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih
sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna sisik
tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh
lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak
kaku
- Ukuran seragam
Penebaran
benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air
sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore
hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu
air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara
memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah
angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam
kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan
berenang ke tengah kolam.
.Masing-masing
daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel
4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
|
Tinggi
Air
|
Padat
Tebar/M2
|
Jenis
pakan
|
D1
|
30-40
cm
|
40-60
ekor
|
Pakan alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau
pelet halus
|
D2
|
40-50
cm
|
30-40
ekor
|
Tepung ikan, bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60
cm
|
20-30
ekor
|
Pelet
remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80
cm
|
� 20 ekor
|
Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
|
D5
|
80-100
cm
|
� 20 ekor
|
Pelet dan atau daun-daunan
|
b. Pemberian pakan
Selama
masa pertumbuhannyam ikan gurami mengalami perubahan tingkah laku makan
(feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan
daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat
omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan
daun). Pola perubahan tersebut terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam
saluran pencernaannya.
Adapun
jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan
maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan
antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica
papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot
utililissima Bohl), genjer (Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma
violaceum Schott), Kangkung (Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas
Lamk), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir),
dadap (Erythrina sp).
Bahan
makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani
maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa untuk memenuhi
kebutuhan ikan. Komposisi makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah
makanan yang berkadar protein 40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase
pemberian makanan buatan ini hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan
yang telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan
buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Selain
pakan buatan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya dapat pula membuat sendiri
pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi
karena lebih murah. Adapun bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan
benih ikan adalah dedak, ikan asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis
pakan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang masih kecil
diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dll dimana seiring
dengan semakin besarnya ikan makan dapat mnggunakan pakan dengan ukuran yang
lebih besar dan pakan berupa daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya
menggunakan pakan daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif
lambat. Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih
ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan
waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet
dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram.
Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan
pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa
daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk
penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari
berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan
secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami
yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%,
artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg
sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan
dilakukan sampling berat ikan.
c.
Pemanenan
Pemanenan
ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam
pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu
pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk
memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan
daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses
penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan
lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
- Penangkapan
benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak
dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan
setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan
benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang
digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air
setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap
drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah
pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara
lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk
mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam pengiriman benih
menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih
ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
(4). Pembesaran
Dalam
tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam
berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat
tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda
dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
Pemanenan
dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran
pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.
(2).
Penyakit
Gangguan
penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan
penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana
suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit
non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi
biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan.
Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam
belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena
keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara
dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air,
ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit
parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang
berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari
inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,
virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak
penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang
menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh
ikan.
Ciri-ciri
ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada
kulit
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada
bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya
berlendir.
- Penyakit pada
insang
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat,
kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
- Penyakit pada
organ dalam
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang
sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah
satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang
tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk
oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik
atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan
infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar.
Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing
Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk
mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke
dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama
beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat
disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya
lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK),
neguvon dan garam dapur.
Selain
penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banjar menggunakan
laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai
antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu
pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul
(yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1
untuk 1 masa tanam.
Penggunaan
obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang
tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung
di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga
sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan
konsumsi yang mati dibuang.
ASPEK
PRODUKSI
PENANGANAN
BAU LUMPUR PADA DAGING IKAN GURAMI
Salah
satu permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita rasa
lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh
lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam dengan sistem air
tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan
gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada
air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini
mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam,
dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi
kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan).
Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat
gurih.
Praktik
yang dilakukan oleh petani di daerah Beji Banjar ikan dari Beji yang
bercita-rasa rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya di beri pakan
berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu cita rasa lumpur yang
biasanya telah hilang. Hal ini kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah
tersebut yang relatif jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
KENDALA
PRODUKSI
- Penyakit
sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit
maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan
setempat.
- Gangguan musim
umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu lebih
dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit.
Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk
mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air
keluar.
- Sikap petani
yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif
dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan
secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum
dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu
meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya
yang lebih baik.
ASPEK
KEUANGAN
KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL
Biaya investasi meliputi biaya perizinan, sewa tanah, konstruksi
kolam dan bangunan (rumah jaga/gudang), peralatan perikanan dan peralatan
lainnya. Jumlah seluruh biaya investasi pada awal proyek adalah Rp. 61.500.000
Biaya konstruksi kolam meliputi pembuatan bak kontrol dan konstruksi
pendederan. Selama periode proyek ada investasi ulang (re-investasi) untuk
biaya sewa tanah, peralatan perikanan dan peralatan lainnya..
Dari tabel di atas dapat diketahui untuk kebutuhan Modal
keseluruhan adalah sebesar Rp 103.100.000. yan terdiri modal investasi sebesar
Rp 61.500.000 dan biaya operasional sebesar Rp 36.600.000. dan kas minimal sebesar Rp 5.000.000.
Sumber Dana
Untuk kebutuhan dana sebesar
Rp. 103.100.000 bersumber dari modal kelompok sebesar Rp 5.000.000 yaitu
berupa uang patty cash atau uang kas minimal dan bantuan pemerintah sebesar Rp.98.100.000
PROYEKSI
PRODUKSI DAN PENDAPATAN
Produksi dari pola 1 adalah benih gurami dengan berat 20-25
gram, sedangkan produksi dari pola 2 adalah gurami konsumsi dengan berat >
500 gram. Oleh karena sistem budidaya kedua pola ini adalah monokultur maka
tidak ada produk sampingan. Pendapatan adalah produksi dikalikan dengan harga
jual, dimana untuk pola 1 harga jual adalah Rp 28.000/Kg sedangkan pola pembesarab
harga jual Rp 28.000 per kg. Produksi dan pendapatan disajikan dalam tabel
berikut ini.dalam perhitungan perbulan dan pendapatan pertahun serta adanya
target realiasasi pendapatan.
PROYEKSI BIAYA
Dari tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan biaya operasional
sebulan Rp 34.300.000.
PROYEKSI LABA RUGI
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Tingkat EAT untuk tahun
pertama sebesar Rp. 52.462.667
ANALISA INVESTASI
AVERAGE RATE OF RETURN
(ARR)
Metode ini mengukur perbandingan
(ratio) antara rata-rata keuntungan setelah pajak dengan rata-rata investasi.
Dengan formula
ARR=
Rata-rata keuntungan bersih tahunan menurut buku
Rata-rata investasi
:Kesederhanaan metode ini menjadi ciri
utamanya. Mudah dilakukan dari data akuntansi yang tersedia. Halnya kemudian dibandingkan
dengan tingkat margin tertentu, diterima atau ditolaknya usulan investasi
tersebut. Kelemahan utama dari metode ini adalah keuntungan didasarkan pada
keuntungan berdasarkan laporan akuntansi, dan bukannya mendasarkan diri atas
aliran kas, dan tidak memperhatikan nilai waktu uang (time value of money),
Dari data
diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa ARR yaitu rata-rata laba setelah
pajak (EAT) sebesar Rp 90.189.00 lebih besar dari tingkat investasi sebesar Rp
51.550.000. Ini berarti menurut analisa ARR investasi budidaya ikan gurame
layak dilakukan.
PAYBACK PERIOD
Periode “Payback” menunjukkan
berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode
“payback” menunjukkan perbandingan antara “initial invesment” dengan
aliran kas tahunan. Dengan rumus umum sebagai berkut : Apabila
periode “payback” kurang dari suatu periode yang telah
ditentukan, proyek tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut Ditolak .Kelemahan
utama dari metode “payback” ini adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah periode
payback, sedangkan engan NPV masih diperhatikannya alaran kas masuk
sampai selesainya waktu periode proyek. Metode payback ini banyak digunakan
untuk melengkapi metode lain.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa PP dimana
periode yang dihasilkan selama 1 tahun 4 bulan lebih kecil dari umur ekomis
selama 5 tahun Ini berarti menurut
analisa ARR investasi budidaya ikan gurame layak dilakukan
INTERNAL RATE OF RETURN
Metode ini untuk membuat peringkat
usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang
dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek atau
sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
Penerimaan atau penolakan usulan
investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat margin yang disyaratkan
(requiredrate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat margin yang
disyaratkan maka proyek tersebut iterima, apabila lebih kecil diterima.
Kelemahan secara mendasar menurut
teori memang hampir tidak ada, namun dalam praktek penghitungan untuk
menentukan IRR tersebut masih memerlukan penghitungan NPV
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa iRR
77,.80% lebih besar dari tingkat margin bank yang sebesar 20 %. Ini berarti
menurut analisa IRR investasi budidaya ikan gurame layak dilakukan
NET PRESENT VALUE
Untuk menutupi kelemahan pada
metode-metode lain.NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah
mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan
tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki
NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan
kepada pemilik perusahaan. Oleh karena
itu, jika perusahaan mengambil proyek yang memiliki NPV positif, maka posisi pemilik
meningkat.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa NPV, nilai
NPV sebesar Rp 154.188.031 lebih besar dari 0. Ini berarti menurut analisa ARR
investasi budidaya ikan gurame layak dilakukan
PROFITABILITY INDEX
Profitability index atau benefit cost ratio adalah
perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan
datang dengan nilai investasi. Ini dinyatakan sebagai : Selama PI tersebut sama
dengan atau lebih besar dari satu, maka kita akan menerima usulan investasi
tersebut. Secara umum Kalau metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka hasilnya akan
selalu konsisten. Dengan kata lain., kalau NPV mengatakan diterima, maka PI
juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk menghitung
PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa kasus lain, dimana
setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan,sebelum dikembalikan ke
metode NPV
ANALISA SEMUA KRITERIA
Dari lima kriteria penilaian
investasi dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan gurama layak untuk di
usahakan.
.
ASPEK
SOSIAL EKONOMI
Aspek ekonomi dan sosial dari usaha budidaya ikan gurami
meliputi pengaruh usaha terhadap pendapatan regional dan nasional, penambahan
lapangan kerja, dan pendapatan pemerintah melalui pajak.
Usaha budidaya ikan gurami dapat menjadi penggerak ekonomi di
daerah sentra gurami dan membawa dampak positif terhadap kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Dengan penggunaan lahan yang sama,
usaha budidaya ikan gurami juga dapat menghasilkan tingkat pendapatan yang
lebih tinggi terutama apabila dibandingkan dengan usaha tanaman padi.
Berdasarkan pengalaman petani peningkatan penghasilan dapat mencapai 2 kali
lipatnya. Peningkatan pendapatan penduduk yang berusaha di bidang usaha gurami
akan meningkatkan pendapatan regional yang pada akhirnya mampu memberikan
sumbangan yang lebih nyata terhadap pendapatan nasional.
Usaha budidaya ikan gurami juga menumbuhkan lapangan kerja di
usaha lain yang terkait langsung dengan usaha ini baik yang bersifat backward
lingkages(hulu) maupun forward lingkages (hilir). Dalam satu rangkaian budidaya
ikan gurami sendiri terdapat banyak jalur yang membuka peluang usaha sejak
pembenihan, pendederan sampai dengan pembesaran ikan gurami. Sedangkan usaha
lain yang timbul sebagai akibat langsung dari budidaya ikan gurami misalnya
usaha jual beli benih ikan, jual beli ikan konsumsi, pengrajin alat-alat
perikanan, jual beli sarana produksi perikanan seperti pupuk, pakan dan
obat-obatan, jual beli alat-alat perikanan dan rumah makan. Bahkan di Banjar
dengan banyaknya usaha budidaya ikan gurami yang menggunakan daun sente sebagai
pakan mendorong penduduk desa Pataruman di Kecamatan pataruman untuk menanam
daun sente dan menjualnya kepada pembudidaya dengan harga Rp 200 per lembar.
Berdasarkan data pada Kecamatan Pataruman Kota Banjar, dari
jumlah penduduk sebanyak 50.000 orang, jumlah penduduk yang bekerja secara
langsung di sektor budidaya ikan gurami adalah 475 orang, sedangkan 240 orang
terserap pada kegiatan ekonomi pendukung kegiatan budidaya ikan gurami yang
terdiri dari 229 orang pedagang dan pekerja perikanan dan 6 orang pedagang
sarana produksi.
Pada daerah sentra ikan gurami, usaha ini menjadi usaha yang
berbasis sumber daya lokal karena umumnya teknis budidaya telah dikuasai oleh
masyarakat setempat karena usaha ini telah berlangsung secara turun temurun dan
teknologi budidaya tidak terlalu rumit. Penguasaan teknis dan teknologi
budidaya ikan gurami oleh masyarakat juga dapat diperoleh dari dinas setempat.
Dengan tingkat teknologi budidaya yang relatif tidak terlalu rumit, penerapan
usaha ikan gurami di daerah lain diharapkan tidak akan terlalu sulit.
Secara umum terdapat 2 klasifikasi tenaga kerja yaitu, tenaga
kerja kasar untuk pembuatan kolam dan pemeliharaan kolam dengan upah harian
bruto berkisar Rp 20.000 dan tenaga kerja yang terlatih untuk melakukan panen
benih ikan dan ikan konsumsi dengan upah harian Rp 25.000. Kebutuhan tenaga
kerja seluruhnya dipenuhi oleh penduduk lokal. Jumlah dan jenis tenaga kerja
yang dibutuhkan tergantung pada jumlah kolam namun umumnya tidak terlalu banyak
karena biasanya dikerjakan sendiri oleh pembudidaya dan kebanyakan hanya
menggunakan tenaga harian sebagai tenaga tambahan. Peran usaha budidaya ikan
gurami dalam menyumbang kepada pendapatan daerah adalah melalui retribusi dan
pajak penghasilan.
ASPEK
DAMPAK LINGKUNGAN
Selama ini, budidaya ikan gurami tidak mendapat protes dari
masyarakat berkaitan dengan pengaruh lingkungan yang ditimbulkannya. Penggunaan
pelet dan pupuk buatan dalam frekuensi yang terus menerus memang dapat
meningkatkan kadar amoniak yang dapat menimbulkan kematian ikan. Hal ini dapat
diatasi dengan mengeringkan dan membersihkan kolam secara reguler (misalnya
setiap 6 bulan ) sehingga peningkatan kadar amoniak dapat di cegah. Namun
demikian untuk mengetahui dampak terhadap lingkungan misalnya sungai atau sawah
di sekitar lokasi kolam perlu dilakukan penelitian khusus. Sedangkan penggunaan
pakan daun-daunan pada kolam pemeliharaan tidak menghasilkan limbah karena daun
habis di makan ikan.