Latest News

Contoh Proposal Budidaya Lele Sangkuriang


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.   Latar Belakang

Kota Banjar sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Barat yang letaknya di wilayah perbatasan  antara Jawa Barat dan Jawa  Tengah merupakan kota transit, kota perdagangan dan kota jasa yang memiliki potensi pertanian yang memadai. Luas Kota Banjar 13.197,23 ha terdiri dari 4 kecamatan 25 desa dengan potensi lahan kolam air tenang 209 ha dengan jumlah kolam sebanyak 2.525 buah, satu unit Balai Benih Ikan serta memiliki beberapa perairan umum dan sumber air yang memadai.

Potensi sumberdaya perikanan di Kota Banjar yang perlu di kembangkan , salah satunya adalah lele dumbo ( Clarias bratacus). Hal ini disebabkan karena jenis komoditi tersebut mempunyai nilai ekonomis dan mempunyai keunggulan yang kompetitif, diantaranya harga jual relatif stabil dan pemeliharaannya relatif sederhana.

Lele dumbo mempunyai pasar yang cukup baik mengingat semakin bertambahnya masyarakat yang menggemari jenis ikan ini ( pecel lele dan olahan lainnya) yang dapat meningkatkan pangsa lele dumbo. Terkait dengan hal tersebut permintaan lele dumbo akhir-akhir ini semakin meningkat terutama untuk ukuran konsumsi. Akan tetapi peningkatan permintaan pasar ini tidak diikuti dengan penambahan produksi khususnya di Kota Banjar. Hal ini terkait antara lain dengan luas areal, teknologi budidaya, kesediaan modal, sarana produksi, benih unggul dan jumlah petani yang membudidayakan komoditas ini.

Berdasarkan hal tersebut diatas untuk lebih mengembangkan budidaya ini maka diperlukan upaya secara menyeluruh untuk meningkatkan produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani dan membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja produktif di pedesaan.

1.2.  Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pengembangan lele dumbo ini, antara lain :
       1.            Mengembagkan potensi budiddaya lele dumbo yang telah ada dari metoda konvensional / tradisional menjadi budidaya yang intensif, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar baik lokal, nasional dan internasional.
       2.            Menjadikan Kota Banjar sebagai icon  produsen lele dumbo yang tangguh dan menjadi pusat stok lele dumbo nasional.
       3.            Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan budidaya lele dumbo. Dalam jangka panjang, diharapkan mampu menimbulkan multiplier effect  yang diindikasikan dengan berkembangnya kegiatan usaha, seperti industri pengolahan lele dumbo yang menjadi penyokong industri pengolahan nasional.

























BAB II
KEADAAN UMUM
KELOMPOK LELE BODAS

2.1. Organisasi Project

Nama Organisasi           :           Kelompok Lele Bodas
Bentuk Usaha               :           Budidaya  Lele dumbo
Alamat Sekretariat          :          Wilayah  Pangadegan Rt.06 Rw.18 Kel. Hegarsari Kec. Pataruman Kota Banjar Jawa Barat.
Lokasi                              :        Wilayah  Pangadegan Rt.06 Rw.18 Kel. Hegarsari Kec. Pataruman Kota Banjar Jawa Barat.


2.2. Pelaksana Project

Ketua                            :           Jaja
Sekretaris                     :           Tatang
Bendahara                     :           Hadiman
Seksi – Seksi                :
-     Produksi                 :           Edo S
-     Sarana Produksi      :           Yoyo
-     Pemasaran               :          Cece
Anggota                        :          
1.       Ahud M.
2.       Darso
3.       Ahri
4.       Sapri
5.       Usup
6.       Mumu
7.       Juju
8.       Tisna
9.       Yadi
10.    M. Rizal
11.   Taryana



2.3. Sasaran Kegiatan Pengembangan Lele dumbo

Sasaran pengembangan lele dumbo ini adalah para petani lele dumbo tradisional. Dengan program ini petani dapat meningkatkan produksinya dengan perubahan system dari tradisional menjadi system intensif. Dengan bertambahnya produksi akan memberikan kontribusi terhadap pasokan lele dumbo di pasaran.

2.4. Pembinaan Pengembangan Lele dumbo

Pembinaan penegambangan lele dumbo ini dilaksanakan bekerjasama dengan dinas pertanian dan pihak lainnya, antara lain :

Penasehat Program                   : Kepala Dinas Pertanian Kota Banjar
Pembinaan                                : Dinas Pertanian
                                                  Dinas Perindag.

2.5. Mekanisme Pelaksanaan Usaha

Pengembangan lele dumbo ini , jika dikelola dengan baik diprediksikan cukup menjanjikan sebagai suatu usaha yang menguntungkan secara finansial dan memberikan manfaat sosial ekonomi berupa perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan. Sehubungan hal tersebut Kelompok Lele Bodas akan merintis usaha tersebut dan menghimpun para petani lele dumbo dalam suatu kelompok dengan nama “Kelompok Usaha Lele dumbo”.

Kegiatan usaha dikembangkan dengan pola kerjasama antara petani sebagai plasma dan Kelompok Lele Bodas sebagai inti. Dalam operasional inti lebih berperan dalam memberikan bimbingan pengelolaan usaha dan pemasaran hasil produksi.

Guna pengembangan usaha, selain melaksanakan program kerjasama inti – plasma, akan dikembangkan hubungan kerjasa dengan penyalur sarana produksi, pelaku bisnis tataniaga lele dumbo dan dinas / instansi terkait.

2.6. Sistem Kerjasama

Usaha ini dilaksanakan oleh petani pembudidaya lele dumbo dengan mendapat bantuan modal produksi. Modal ini diharapkan dapat bergulir kepada petani lainnya yang besarnya sesuai dengan yang diperoleh.

Kerjasama antara inti dengan plasma pada dasarnya adalah forum kerjasama dan pengalokasian manfaat maupun resiko. Plasma dapat memanfaatkan sumberdaya modal, manajemen dan teknologi yang dimiliki inti, sedangkan inti dapat meningkatkan produktivitas sumberdaya lahan dan tenaga kerja yang dimiliki plasma untuk kepentingan dan keuntungan bersama.





























BAB III
RENCANA KEGIATAN

3.1. Lokasi

Pengembangan budidaya lele dumbo ini akan dilaksanakan di Kota Banjar dengan maksud lebih mengintensifkan usaha ini. Untuk memenuhi permintaan pasar yang ada dengan ukuran ikan sesuai dengan permintaan. Lokasi pengembangan di Wilayah  Pangadegan Kel. Hegarsari Kec. Pataruman Kota Banjar Jawa Barat.

Untuk memenuhi persyaratan lokasi budidaya, masih memerlukan penataan dan pengembangan sesuai persyaratan teknis agar dapat mendukung system yang akan diterapkan.

3.2. Rencana Pengembangan Usaha

Kegiatan Persiapan dan supervisi ini meliputi :
1.       Perbaikan Kolam dan pembuatan kolam
2.       Pengadaan Induk dan benih lele dumbo
3.       pengadaan pakan
4.       pengadaan alat perikanan
5.       pengadaan pupuk dan obat-obatan.

Kegiatan Produksi :
Kegiatan Budidaya ikan lele Dumbo dibagi menjadi 2 yaitu :
  1. Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo akan berlangsung selama 2 bulan ( satu siklus produksi), diharapkan dalam waktu tersebut ikan dapat dipanen dalam ukuran benih ( 6 – 7 cm /ekor) yang siap dibesarkan di kolam pembesaran .

  1. Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo akan berlangsung selama 3 bulan, diharapkan dalam waktu tersebut ikan dapat dipanen dalam ukuran konsumsi yang dibutuhkan pasar.



  1. Kegiatan Pasca Panen dan Pemasaran :
Penanganan pascapanen sangat menentukan harga pasar karena dalam penanganan ini kondisi ikan tetap segar sampai ke konsumen. Untuk itulah penanganannya harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan aturan teknis pasca panen yang standar.
Untuk saat ini pemasarannya untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan kota-kota besar.







































BAB IV
ANALISIS USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

4.1  Analisis Usaha Pembenihan Lele Dumbo
Asumsi usaha pembenihan Lele dumbo untuk satu periode per lokasi petani. Direcanakan 10 unit untuk usaha pembenihan. Dibawah ini akan diuraikan usaha pembenihan untuk satu unit pembenihan, sehingga untuk anggaran untuk 10 lokasi, dikalikan 10.
  • Induk yang dipijahkan sebanyak dua pasang induk (@ 1,5 kg/ekor) atau seberat 6 kg. Harga Rp 30.000/kg. Induk lele digunakan sebanyak 10 kali pemijahan
  • Tempat pemijahan dan pemeliharaan larva/ benih milik sendiri, ukuran bakpemijahan 2 x 3 x 0,8 m, sedangkan ukuran bak pemeliharaan 3 x 4 x 0,8 m sebanyak 3 buah
  • Lama pemeliharaan  2 bulan
  • Harga 1 botol ovavrim 10 ml Rp. 250.000,00
  • Pakan cacing sutera, pakan hipofit, dan pakan FF999
  • Hasil panen sebanyak 50.000 (ukuran 5-6 cm/ekor)
  • Harga jual benih Rp. 80,-

Adapun perhitungan biaya usaha, pendapatan serta keuntungan, dan analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut :

4.1.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha. Biaya ini digunakan untuk pengadaan peralatan proses produksi dan sarana penunjang.
Adapun rincian biaya investasi usaha pembenihan lele dumbo sebagai berikut :
Keterangan
Jumlah (Rp)

·         1 bak semen untuk pembenihan  (ukuran 2 x 3 x 0,8 m)
·         3 bak terpal plastic untuk pemeliharaan larva/ benih (ukuran 3 x 4 x 0,8 m) @ Rp 150.000,00
·         2 seser/ serokan halus @ Rp. 6000,00
·         3 ember sortiran (diameter lubang 2-3 cm, 3-4 cm, dan 5-7 cm) @ Rp. 20.000,00
·         2 ember plastic (diameter 40-50 cm) @ Rp.15.000,00
·         Pompa air
·         Blower 60 watt
·         5 m selang plastic untuk penyiponan
·         24 kakaban (ukuran 1 m x 0,4 m) @ Rp 4000,00


600.000,00
450.000,00

12.000,00
60.000,00

30.000,00
250.000,00
400.000,00
30.000,00
96.000,00
Total
1.928.000,00

4.1.2. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah modal harus dikeluarkan untuk memproduksi benih lele dumbo.
Adapun rincian biaya produksi untuk pemebenihan dalam satu periode (2 bulan) sebagai berikut :

Keterangan
Jumlah (Rp)

·         Dua pasang induk  (6 kg x Rp 30.000,00) 10 kali pemijahan
·         Ovaprim (hormon perangsang)
·         Spuit jarum suntik 2 buah
·         Kakaban
·         Upah tenaga kerja
·         Sewa wadah hatchery/ pembenihan dan pendederan selama 2 bulan
·         Cacing sutera ( Tubifex sp.) 80 gelas
·         Pakan Hiprofit /581 ( 2 sak )
·         Pakan FF999 ( 3 sak )
·         Garam dapur (15 kg)
·         Listrik selama 2 bulan

18.000,00
200.000,00
6.000,00
20.000,00
300.000,00
200.000,00
320.000,00
200.000,00
270.000,00
15.000,00
60.000,00
 Total
1.609.000,00

4.1.3. Pendapatan dan Keuntungan
Penjualan Benih lele dumbo : 50.000 ekor x Rp.80,00 = Rp. 4.000.000,00
Keuntungan yang diperoleh  : Rp. 4.000.000,00 – Rp. 1.609.000,00
                                         = Rp. 2.391.000,00

Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani selama 2  bulan Rp 2.391.000,00 atau dalam 1 tahun akan memperoleh Rp 14.346.000,00.

4.1.4. Analisis Kelayakan Usaha
Indikator yang digunakan :
a.       BEP (Break even poin) yaitu untuk mengetahui batas nilai produksi atau voume produksi suatu usaha mencapai titik impas, yaitu tidak untung tidak rugi. Usaha layakjika nilai BEP lebih besar dari jumlah unit yang sedang di produksi. Sementara itu, nilai BEP harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini.
  • BEP Produksi                = total biaya produksi     : harga jual per ekor
                                           = Rp. 1.609.000,00  : Rp.80 /ekor
= 20.112,5 ekor
Berdasarkan perhitungan BEP produksi, semua biaya tertutupi jika terjual benih lele minimal sebanyak 20.112,5 ekor.

  • BEP Harga                    = total biaya produksi     : total produksi benih
= Rp. 1.609.000,00                    : 50.000 ekor
= Rp. 32,18 / ekor
Berdasarkan perhitungan BEP Harga, jika harga jual benih lele mencapai 32,18/ ekor tidak mendapat keuntungan maupun kerugian (impas)

  • Revenue cost ratio ( R/C ratio)
R/C ratio yaitu analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan relative suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai. Suatu usaha dikatakan layak jika R/C lebih besar dari 1, semakin tinggi nilainya tingkat keuntungan usaha semakin tinggi.

R/C ratio           = Total pendapatan : total biaya produksi
                        = Rp. 4.000.000,00 : 1.609.000,00
                        = 2,48
Artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh Rp 2.480,00. Dengan demikian usaha ini layak diusahakan.

  • Payback Periode
Bertujuan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang telah ditanamkan.

Payback Periode           = total investasi x 1 tahun : keuntungan 1 tahun
                                    = Rp 1.928.000,00 : Rp 14.346.000,00
                                    = 0,13 tahun
Hasil analisis menggambarkan bahwa seluruh modal investasi usaha akan kembali dalam waktu 0,13 tahun atau sekitar 1,6 bulan.

4.2  Analisis Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif
Asumsi usaha pembesaran Lele dumbo untuk satu periode per lokasi petani. Direcanakan 10 lokasi untuk usaha pembesaran. Dibawah ini akan diuraikan usaha pembesaran untuk satu lokasi pembenihan, sehingga untuk anggaran untuk 10 lokasi, dikalikan 10.
  • Ukuran kolam 3 x 5 m persegi
  • Lama pemeliharaan 3 bulan
  • Padat tebar 5.250 ekor
  • Harga benih Rp 80,00/ ekor
  • Harga pakan 1 sak Rp 159.000,00 berat 30 kg
  • Hasil panen sebanyak 450 kg ukuran 8-12 ekor/kg
  • Harga jual ikan konsumsi Rp. 8.000,00

Adapun perhitungan biaya usaha, pendapatan serta keuntungan, dan analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut :

4.2.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha. Biaya ini digunakan untuk pengadaan peralatan proses produksi dan sarana penunjang.

Adapun rincian biaya investasi sebagai berikut :
Keterangan
Jumlah (Rp)

a.       Pembuatan kolam
·         Kolam terpal plastic (5mx3m) terpal ukuran 8m x 6m
b.      Peralatan
  • Diesel air
  • Paralon
  • Selang plastic 25 m (untuk disel)
  • Kawat kasa
  • 4 ember plastic @ Rp 15.000,00
  • 2 buah seser/serok besar @ Rp 20.000
  • 1 buah jaring/ waring/ hapa



350.000,00

1.500.000,00
60.000,00
30.000,00
5.000,00
60.000,00
40.000,00
250.000,00
Total
2.295.000,00

4.1.2. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah modal harus dikeluarkan untuk memproduksi benih lele dumbo.

Adapun rincian biaya produksi untuk pemebesaran dalam satu periode (2 bulan) sebagai berikut :
Keterangan
Jumlah (Rp)

a.       Benih ukuran 5-6 cm sebanyak 5.250 ekor
b.       Pakan 450 kg (15 sak)
c.       Pupuk kandang (1 karung)
d.       Kapur
e.       Obat-obatan (antistres dan vitamin)
f.        Garam dapur 15 kg
g.       Bensin 12 liter

420.000,00
2.385.000,00
5.000,00
6.000,00
30.000,00
15.000,00
60.0000,00
 Total
2.921.000,00

4.1.3. Pendapatan dan Keuntungan
Penjualan Ikan lele dumbo : 450 kg x Rp. 8000,00 = Rp. 3.600.000,00
Keuntungan yang diperoleh  : Rp. 3.600.000,00 – Rp. 2.921.000,00                                        
= Rp. 679.000,00

Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani selama 3 bulan Rp. 679.000,00 atau dalam 1 tahun akan memperoleh Rp 2.716.000,00

4.1.4. Analisis Kelayakan Usaha
Indikator yang digunakan :
b.       BEP (Break even poin) yaitu untuk mengetahui batas nilai produksi atau voume produksi suatu usaha mencapai titik impas, yaitu tidak untung tidak rugi. Usaha layakjika nilai BEP lebih besar dari jumlah unit yang sedang di produksi. Sementara itu, nilai BEP harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini.
  • BEP Produksi                = total biaya produksi     : harga jual per kg
                                          = Rp. 2.921.000,00        : Rp.8000/ kg
                                          = 365.125 kg
Berdasarkan perhitungan BEP produksi, semua biaya tertutupi jika terjual ikan lele minimal sebanyak 365.125 kg

  • BEP Harga                    = total biaya produksi     : total produksi lele
= Rp. 2.921.000,00        : 450 g
= Rp. 6.491, 00
Berdasarkan perhitungan BEP Harga, jika harga jual lele mencapai Rp 6.491,00/kg tidak mendapat keuntungan maupun kerugian (impas)

  • Revenue cost ratio ( R/C ratio)
R/C ratio yaitu analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan relative suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai. Suatu usaha dikatakan layak jika R/C lebih besar dari 1, semakin tinggi nilainya tingkat keuntungan usaha semakin tinggi.

R/C ratio           = Total pendapatan : total biaya produksi
                        = Rp. Rp. 3.600.000,00 : Rp. 2.921.000,00
                        = 1,2
Artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh Rp 1.200,00. Dengan demikian usaha ini layak diusahakan.

  • Payback Periode
Bertujuan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang telah ditanamkan.

Payback Periode           = total investasi x 1 tahun : keuntungan 1 tahun
                                    = Rp 2.295.000,00 : Rp 2.716.000,00
                                    = 0,84 tahun
Hasil analisis menggambarkan bahwa seluruh modal investasi usaha akan kembali dalam waktu 0,84 tahun atau sekitar 10 bulan.
Untuk menambah keuntungan seorang pembudidaya lele minimal mempunyai lebih dari 5 kolam terpal.
























BAB V
ANGGARAN BIAYA BUDIDAYA LELE DUMBO

5.1. Pembenihan Lele Dumbo
Anggaran yang dibutuhkan untuk 10 unit usaha pembenihan dalam satu periode yaitu :
  • Biaya investasi per unit Rp 1.928.000,00 untuk 1 unit Rp. 1.928.000,00
  • Biaya Produksi per unit Rp 1.609.000,00 untuk1 unit  Rp. 1.609.000,00
Total anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit pembenihan yaitu (Biaya investasi + Biaya Produksi) :
Rp 3.537.000,00 ( tIga juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah)


5.2. Pembesaran Lele Dumbo
Anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit usaha pembesaran dalam satu periode yaitu :
  • Biaya investasi per unit Rp 750.000,00 untuk 1 unit Rp. 750.000,00
  • Biaya Produksi per unit Rp 763.000,00 untuk 1 unit  Rp.763.000,00
Total anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit pembenihan yaitu (Biaya investasi + Biaya Produksi) :
Rp 1.463.000 ( satu juta empat ratus enam puluh tiga ribu rupiah)

5.2. Total Anggaran untuk Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo
  • Usaha pembenihan        Rp 3.537.000,00
  • Usaha Pembesaran       Rp 1.463.000,00
                     Jumlah          Rp 5.000.000,00
( lima juta rupiah )













BAB VI
PENUTUP

Usaha Pengembangan lele dumbo yang berorietasi kepada ekonomi kerakyatan merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial di negara kita. Melalui usaha ini diharapkan mempunyai manfaat ganda , berupa penyediaan lapangan kerja / kesempatan berusaha di daerah pedesaan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha baik pebenihan maupun pembesaran ikan lele dumbo sangat menguntungkan. Selain itu, usaha tersebut tidak memerlukan lahan yang luas serta kebutuhan akan air baik kualitas maupun kuantitasnya tidak sebanyak seperti ikan jenis lainya, sehingga budidaya ini dapat memanfaatkan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan.

Demikian rencana pengembangan lele dumbo di Kota Banjar, semoga proposal dapat menjadi  pertimbangan dan pada akhirnya terealisasi. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua.



Banjar,20 Mei 2010
Kelompok Usaha Lele Bodas
Kota Banjar

Ketua



Jaja
Sekretaris



Tatang